Lintang


Lintang

Apa yang anda pikirkan dengan kata/nama di atas?

Ya... Saya pun berpikir demikian. Kata di atas menggambarkan sebuah keindahan malam, hidupnya malam tergantung pada ada dan tidaknya si dia.

Lintang juga bisa melambangkan target yg tinggi, atau tujuan besar, cita-cita tinggi, sang pemenang, sang juara.

Tentu kata ini sering kali kita dengar. Dalam bahasa Indonesia Lintang berarti Bintang. Selalu menerangi gelapnya malam dan menggambarkan betapa indahnya ciptaan Alloh Subhanahu wa ta'ala di kala malam menyapa.

Lintang, adalah nama yang populer. Apalagi ketika film laskar pelangi sedang booming sekitar tahun 2009, soalnya saya masih sd kelas 6 saat pertama kali melihat film itu.

Pertama mendengar kata lintang. Adalah ketika masih usia anak-anak. Karena lintang selalu terdengar setiap malam yang cerah apalagi ketika padang mbulan. Dan kedua adalah saat menonton film laskar pelangi. Ya tokoh yang bernama "Lintang".

Ketiga mendengar kata lintang. Adalah ketika menjadi pembina santri (musyrif) di pondok pesantren Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta.

Ya. Namanya Lintang...

Ya kudengar nama yang tak asing lagi saat tahun pertama menjadi pembina santri (musyrif). Dan anak pertama yang mudah sekali saya ingat banget. 

Anak pertama yg membuatku terkesan, tersanjung, sebab raut sinar wajah indahnya. Sudah saya duga sebelumnya. Anak ini pasti seperti yang di film laskar pelangi itu. Cerdas, Pemberani, semangat, tegar, pantang menyerah. Ternyata lebih dari apa yang kukira. Ia murah senyum, menyenangkan hati ketika berpapasan dengannya. Sering menyapa, santun, dan beda dari yang lain. Dugaanku tak salah.

Tak seperti kebanyakan teman-teman sebayanya di pondok. Wajar jika banyak santri yg menangis, murung, sedih ketika masih awal-awal di pondok. Lintang berbeda dari kebanyakan teman-temannya. Tak pernah kutemui anak ini berwajah sedih apalagi menangis di depan saya. Justru yang selalu tampak pada wajah nya adalah pancaran keceriaan dan senyum yg selalu mengesankan hati.

Menjadi pembina santri (musyrif) bukanlah hal yang mudah seperti yg saya bayangkan sebelumnya. Apalagi seperti saya ini. Bukan tamatan pondok. Tentu tak ada pengalaman tentang kehidupan di pondok.

Sebelumnya saya tinggal di masjid sekitar kampus. Supaya tak merepotkan orang tua minimal bisa bertahan hidup dengan tanpa biaya kos dan makan untuk melanjutkan kuliah saya.

Jualan martabak manis (terang bulan) adalah sampingan saya disetiap paginya. Dari habis subuh hingga jam 9 pagi di pasar gamping Sleman. Karena dalam pikiran saat itu saya benar2 tak ingin membuat beban orang tua. Minimal bisa makan dan tinggal kos gratis. Hehehe

Kembali ke sebuah nama. Lintang.

Ia berasal dari bangka, tepatnya di kota pangkal pinang. Anak pertama dari 3 bersaudara. Pantas juga kalau ia tampak lebih dewasa dari yang lain.
Ia sering saya jadikan asisten. Terutama untuk membantu menyimak bacaan Qur'an teman-temannya. Ia bacaan Qur'an nya bagus, mungkin lebih bagus dari saya. Dan itu yang membuat saya iri. 

Sering saya berdoa agar nantinya diberikan keturunan/anak sepertinya. Ya Alloh berikan lah keturunan yang sholih sholihah. Yang menyenangkan hati. Seperti "Lintang".
Kesibukan kuliah membuatku menjadi agak renggang untuk mengurus anak-anak di pondok. Di situ saya merasakan betapa berat menjalani amanah sebagai pembina di pondok. Sangat berat. Apalagi ketika ada tugas-tugas kuliah. Dan lagi ketika Ujian. Huft...

Tetapi ketika kembali ke pondok beban-beban kampus terasa hilang ketika berjumpa dengan para santri. Apalagi ketika bertemu si Lintang. Sapaannya, senyumannya, sopan santunnya. Lelah, capek pun hilang seketika. Tak tau kenapa anak ini menjadi salah satu penyemangat keseharian saya waktu itu.

Sampai tiba saatnya. Hampir tak pernah kujumpai anak itu sakit berlama-lama. 

Insya Alloh bersambung lagi nanti...






Komentar

  1. Al-Fatihah...
    47 Minggu kepergian-Mu nak, Semoga engkau bahagia disurga-Nya Allah SWT ...

    BalasHapus
  2. Ia selalu jadi bintang di hati kami. Ia sesungguhnya tidak meninggalkan kami, ia hadir dengan senyum khasnya saat kami lelah. Adik-adiknya (Sulthan dan Fajar) selalu menyebut 'abang Lintang' dalam keseharian percakapan dalam keluarga, seakan ia selalu hadir membersamai adik-adiknya. Cinta kami menghadirkan ia dalam keseharian. Bila rindu datang, memeluk adiknya Fajar serasa memeluknya seperti hari-hari lalu. Sesungguhnya kamu 'bintang' di sini nak, di tengah-tengah kami, ayah, bunda, Sulthan dan Fajar. Tempatkan ia di syurgaMu ya Allah...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Astaqfirullah al'adzim ...
      Ya Nabi Ibrahim AS, Sampaikan salam rindu-ku unt Dia ( Lintang ) 😭😭😭

      Al-fatihah...
      Yang selalu merindu mu

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Muhammad Azhar Ali asal Purwokerto Menelponku

Pengalaman Komunikasi